BUDIDAYA KELAPA SAWIT
BUDIDAYA KELAPA SAWIT
1.1 Botani Kelapa Sawit
1.1.1 Kecambah
Kelapa sawit
berkembang biak dengan bijji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh
menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut :
1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2) Daging buah (mesocarp)
terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak. 3) Kulit
biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp). 4)
Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak. 5) Lembaga
(embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua
arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke
bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya
akan menjadi akar (Sunarko, 2009).
Plumula akan muncul
setelah radikula tumbuh sekitar satu sentimeter. Akar-akar
adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil,
kemudian membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa
sawit memerlukan waktu tiga bulan untuk berubah menjadi organisme yang mampu
memfotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari dalam tanah secara
sempurna (Sunarko, 2007).
1.1.2 Akar
Kelapa sawit
merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari family Araceaeini
memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke
bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer. Akar ini
akan terus berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikal dan
horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder.
Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar
tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal
batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri dari atas akar
primer, sekunder, tersier, hingga quarter yang biasa disebut akan feeder
roots (Sunarko, 2009).
Jika dirawat
dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit
pangkal batang dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai
kedalaman 8 m dan 16 m secara horizontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan
absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar (Sunarko, 2009
dan Pahan, 2009).
1.1.3 Batang dan Daun
Kelapa sawit
memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling),
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjanganinternodia.
Titik tumbuh terletak di pucuk batang dan terbenam di dalam tajuk daun.
Bentuknya seperti kubis dan enak dimakan. Di batang terdapat pangkal
pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas, meskipun daun telah
kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih
tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit
tampak berwarna hitam beruas.
Kelapa sawit
memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah
daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya.
Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah setiap
anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung pelapah daun sering tumbuh
menyerupai buntut benang yang mencirikan kekurangan unsur boron. Ciri lainnya,
ujung daun membentuk seperti ujung tombak. Boron merupakan unsur hara yang ada
di dalam tanah, tetapi kadang jumlahnya tidak cukup untuk kebutuhan tanaman
sehinggan perlu ditambah melalui pemupukan (Sunarko, 2009).
1.1.4 Bunga dan Buah
Kelapa sawit
yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga
jantan dan betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah daun
bagian dalam. Bunga jantan terbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina
agak bulat. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (croos
pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga
jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan serangga
penyerbuk (Sunarko, 2009).
Perbandingan
bunga betina dan bunga jantan sangat dipengaruhi oleh pupuk dan air. Jika
tanaman kekurangan pupuk atau kekurangan air, bunga jantan akan lebih banyak
keluar. Produktivitas tanaman menjadi baik jika unsur hara dan air tersedia
dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Kecukupan unsur hara dan air didasarkan
pada analisis tanah, air, dan daun sesuai dengan umur tanaman. Sex
ratio mulai terbentuk 24 bulan sebelum panen.
Artinya, calon bunga (primordial) telah terbentuk dua tahun sebelum
panen. Karena itu, perencanaan produksi dihitung minimal tiga tahun sebelumnya,
sehingga perencanaan pemupukan dapat dijadwalkan (Sunarko, 2009).
Buah muda
berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi hijau hitam hingga kuning.
Buah sawit yang masih mentah berwarna hitam (nigrescens), beberapa
diantaranya berwarna hijau (virescens). Sementara itu, buah matang
berwarna merah kuning (oranye). Selanjutnya, buah matang akan rontok
(buah leles atau brondol). Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah
layak panen. Biasanya perintah panen diberikan berdasarkan jumlah jatuhnya
brondolan, yakni 1-2 buah per kg tandan (Sunarko, 2007).
1.2 Jenis Kelapa Sawit
Berdasarkan
ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut : 1) Dura,
memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17
%, 2) Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan
rendemen minyak 21-23%, 3) Pesifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging
buah tebal, biji kecil dan rendemen minyak tinggi 23-25%, tandan buah hampir
selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit (Sastrosayono,
2007).
1.3 Pembibitan
Pembibitan
dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu
tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau
langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap artinya
penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih
dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih
besar (Dalimunthe, 2009).
Pembibitan
dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan
yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan
pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan
untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal
pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara
langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika
menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas
areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain
itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua
tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).
1.4 Pembibitan Awal (Prenursery)
Pembibitan
awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam
dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Selanjutnya, bibit tersebut dilakukan
selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama
10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan
9-11 bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).
1.4.1 Persyaratan Lokasi
Lokasi untuk
pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah 30 sehingga
pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas
bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon. Pagar prenursery untuk
mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat
dengan sumber air. Kondisi debit air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH
netral). Lokasi harus dekat sumber media dengan topsoil yang
cukup untuk mengisi babybag (polibag kecil), tanah tidak
bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi,
2007).
1.4.2 Pemesanan Kecambah
Seleksi dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan dapat
mencukupi kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon
membutuhkan kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan abnormal
sekitar 25% untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu pemesanan
kecambah diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag prenursery 13-14
bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).
Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa
menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm,
lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam
dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan
berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1
atau campuran pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan
komposisi 1:1:3. Bedengan pembibitan prenursery dibuat
dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15
meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Satu petak prenursery tanki
siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-800babybag kecambah (Subiantoro,
2003).
1.4.3 Penanaman Kecambah
Letakkan
kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke dalam baybag.
Kecambah hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil kecambah. Dua hari
menjelang penanaman kecambah, media tanam yang berada di dalam babybag harus
disiram setiap pagi. Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau dengan
ibu jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan kecambah. Masukkan kecambah
sedalam 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup
kecambah tersebut. Bagian bakal akar (radikula) yang berbentuk agak
tumpul dan berwarna lebih kuning harus mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula)
yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning muda mengarah ke atas
(Subiantoro, 2003).
1.4.4 Naungan
Naungan atau
pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun
kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan jarak
antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3
helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar
sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan. Pengurangan naungan
dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat
pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan
menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur
6 minggu (Sunarko, 2009).
1.4.5 Penyiraman dan Penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat
pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan
sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut
rumput-rumput yang tumbuh dibabybag menggunakan tangan. Penyiangan
sebaiknya dilaksanakan dua minggu sekali. Rumput dikumpulkan di antara bedengan
agar kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).
1.4.6 Pemupukan
Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak
dipupuk. Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun
menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair.
Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter
air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot
pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun.
Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali (Sunarko, 2009).
1.4.7 Proteksi dan Seleksi
Serangan hama dan penyakit selama di prenursery biasanya
belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan diambil menggunakan
tangan (hand picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur
dapat dikendalikan dengan fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti
Dithane, Sevin, dan Anthio dengan dosis sesuai yang dianjurkan (Sunarko,
2009).
Seleksi dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursery. Seleksi
bibit diprenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang.
Bibit menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis,
serangan hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis. Saat berumur tiga
bulan, bibit kelapa sawit yang normal biasanya berdaun 3-4 helai dan telah
sempurna bentuknya. Pengurangan bibit sejak kecambah diterima hingga
dipindahkan ke main nursery dapat mencapai 12% atau lebih.
Bibit yang mati terlebih dahulu harus dikeluarkan, kemudian bibit yang tidak
normal harus dimusnahkan. Ciri bibit kelapa sawit tidak normal sebagai berikut :
§ Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves).
§ Anak daunnya bergulung kearah longitudinal (rolled leaves).
§ Pertumbuhan bibit memanjang (erreted), terputar (twisted shoot),
tumbuh kerdil, lemah, dan lambat (insufficient growth, dwarfish).
§ Daunnya kusut (crinkled), anak daun tidak mengembang, membulat, dan
menguncup (collante).
§ Rusak karena serangan penyakit tajuk (crown disease).
Pertumbuhan
bibit yang tidak normal juga terjadi karena kesalahan kultur teknis. Berikut
beberapa kesalahan teknis penanaman yang menyebabkan bibit tumbuh
abnormal(Sunarko, 2009).
§ Penanaman kecambah terbalik, bakal daun ditanam ke arah bawah.
§ Kecambah ditanam terlalu dalam sehingga pertumbuhan terlambat atau terlalu
dangkal sehingga akar menggantung.
§ Tanah mengandung bebatuan (tidak disaring), sehingga menggangu akar
§ Tanah terlalu basah, karena air tidak terbuang dari kantong plastik atau
penyiraman tidak sempurna (terlalu keras dan banyak atau terlalu sedikit).
1.4.8 Pengangkutan Bibit
Pengangkutan
atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main
nursery dengan memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42
x 27,5 cm. Setiap peti kayu dapat memuat 35 bibit. Pengangkutan harus
berhati-hati dan bibit harus segera ditanam dimain nursery (Sunarko,
2009).
1.5 Main Nursery
1.5.1 Penentuan Lokasi
Lokasi
sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan bibit dan
pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat
dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus
baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%,
tempat terbuka atau tanah lapang dan lapisan tahah topsoil cukup
tebal. Letak lokasi main nursery dekat dengan area yang
ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009).
1.5.2 Luas, Lay Out, dan Pancang
Satu hektar
pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk sekitar
50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat berat,
sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan
jalan, parit, dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay
out petak atau bedengan memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran
panjang dam lebarnya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).
1.5.3 Jaringan Irigasi
Jaringan
irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit di main
nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang
dan siap pakai sebelum penanaman. Instalasi penyiraman di main nursery sebagai
berikut :
§ Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan dialirkan
ke lokasi pembibitan melalui pipa dan selang.
§ Sprinkler menggunakan
pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi.
§ Setiap sambungan dilengkapi stand pipes yang terpasng
berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang memancarkan
air secara berputar.
§ Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang
berjarak 9-18 meter.
§ Kebutuhan air sekitar 75 m3 /ha/hari, efisiensi 30-40%
dengan pompa air berdaya pancar 45 psi. kekuatan pompa 18-20 horse
power untuk 8 hektar pembibitan (Sunarko, 2009).
1.5.4 Penyiapan Polibag
Polibag yang
digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black) dengan
panjang 42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag
diberi lubang berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang 7,5 x
7,5 cm. Media tanam bibit menggunakan topsoil yang
memiliki struktur remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakantopsoil yang
berupa tanah liat. Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar
dengan perbandingan 3:2. Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16
kg), lalu hentakkan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisian polibag harus
selesai dikerjakan dalam waktu dua minggu sebelum pemindahan dari prenursery (Sunarko,
2009).
1.5.5 Penanaman
Sehari
sebelum penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram. Bibit dipindahkan
dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum
tiga bulan. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di polibag seukuran
dengan diameterbabybag. Sayat babybag menggunakan
pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak
sampai terikut. Masukkan bibit beserta tanahnya ke dalam lubang,
lalu atur agar posisinya tegak seperti semula. Tekan tanah disekeliling lubang
agar lebih padat merata. Jika dirasa kurang, tambahkan tanah hingga sedikit
melewati leher akar. Bagian atas polibag yang tidak diisi tanah setinggi 2-3
cm. Bagian ini memungkinkan sebagai tempat meletakkan pupuk, air, atau mulsa.
Naungan sudah tidak diperlukan lagi di main nursery(Sunarko, 2009).
1.5.6 Penyiraman dan Penyiangan
Penyiraman
dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup. Jika musim
kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Kebutuhan
air penyiramann sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Permukaan tanah harus ditutup
dengan serasa organik (mulsa) untuk menghindari pemadatan permukaan tanah,
mencegah penguapan air, dan mengatur kelembapan tanah pada musim kemarau.
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam polibag, sekaligus
menggemburkan tanah dengan cara menusukkan sepotong kayu. Penyiangan lahan
pembibitan(diluar polibag) dilaksanakan secara clean weeding, yakni
menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari, tergantung dari pertumbuhan
gulma (Sunarko, 2009).
1.5.7 Pemupukan
Pupuk Makro
UREA
|
1. Bulan ke
6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke
42, 48, 54, 60 dst
|
225 kg/ha
1000 kg/ha |
TSP
|
1. Bulan ke
6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke
48 & 60
|
115 kg/ha
750 kg/ha |
MOP/KCL
|
1. Bulan ke
6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke
42, 48, 54, 60 dst
|
200 kg/ha
1200 kg/ha |
KIESERITE
|
1. Bulan ke
6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke
42, 48, 54, 60 dst
|
75 kg/ha
600 kg/ha |
BORAX
|
1. Bulan ke
6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke
42, 48, 54, 60 dst
|
20 kg/ha
40 kg/ha |
NB. : Pemberian pupuk pertama
sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua di akhir musim
hujan (Maret- April).
1.5.8 Pemangkasan
Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu
:
§
Pemangkasan Pasir
Membuang
daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
§
Pemangkasan Produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk
(songgo dua) untuk persiapan panen umur
20-28 bulan.
§
Pemangkasan Pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin
sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat
sejumlah 28-54 helai.
1.5.9 Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga
jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.
1.6 Hama dan Penyakit
1.6.1 Hama
§ Hama
Tungau
Penyebab :
tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun.
Gejala : Daun
menjadi mengkilap dan berwarna bronz.
§ Ulat Setora
Penyebab :
Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala : Daun
dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian : Penyemprotan dengan
Pestona.
1.6.2 Penyakit
§ Root Blast
Penyebab :
Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar.
Gejala :
bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi
pembusukan akar.
Pengendalian
: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau,
penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural
GLIO.
§ Garis Kuning
Penyebab :
Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.
Gejala :
bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun
mengering.
Pengendalian
: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan
Natural GLIO semenjak awal.
§ Dry Basal
Rot
Penyebab :
Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang.
Gejala :
pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian
: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama
penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan
pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata
dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5
ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif
dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2
tutup)/tangki .
1.7 Panen
Mulai
berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih.
DAFTAR
PUSTAKA
http://stockistnasa.com/teknis-budidaya-kelapa-sawit/
(Diakses pada 22 April 2017)
http://wwwteknikpembibitankelapasawit.blogspot.co.id/2012/05/teknik-pembibitan-kelapa-sawit.html
(Diakses pada 22 April 2017)
Komentar
Posting Komentar