KOPI LIBERIKA, KOPI ROBUSTA, DAN KOPI ARABIKA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).

1.2       Tujuan
            Mengetahui sejarah, ciri-ciri, dan varietas dari masing masing Kopi Liberika, Kopi Robusta, dan Kopi Arabika.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Kopi Liberika
2.1.1    Sejarah Kopi Liberika

            Klasifikasi kopi liberika :
Kerajaan          : Plantae
Ordo                : Gentianales
Famili               : Rubiaceae
Genus               : Coffea
Spesies             : Coffee liberica
Kopi liberika (Coffea liberica) yaitu satu diantara type kopi yang bisa digunakan bijinya untuk jadikan minuman. Konon rasa kopi ini mempunyai aroma seperti nangka, hingga di banyak daerah kopi liberika kerap dimaksud kopi nangka. Uniknya, tanaman kopi liberika dapat tumbuh menjulang sampai ketinggiannya meraih 9 meter.
Histori masuknya kopi liberika di Indonesia berlangsung mulai sejak saat penjajahan Kolonial Belanda. Saat itu sekitaran awal era ke-19, kopi liberika berniat dihadirkan untuk menukar tanaman-tanaman kopi arabika yang rusak akibat serangan hama serta penyakit. Kopi liberika dikira sebagai spesies tanaman kopi yang bandel serta gampang dibudidayakan, harus tingkat produktifitasnya lebih rendah. Sedang kopi ini sendiri datang dari negara Liberia, Afrika Barat. Kopi liberika yaitu type kopi yang dihasilkan oleh tanaman Coffea liberica.
Kopi ini disebut-sebut datang dari tanaman kopi liar di daerah Liberia. Walau sebenarnya diketemukan juga tumbuh dengan cara liar di daerah Afrika yang lain. Kopi liberika dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia pada era ke-19. Kopi ini diperkembang untuk menukar tanaman arabika yang diserang wabah penyakit karat daun. Tetapi usaha itu kurang sukses lantaran tanaman kopi liberika alami hal yang sama.
Sekarang ini kopi liberika ditanam dengan cara terbatas di negara-negara Afrika serta Asia. Dengan cara global produksinya jauh di bawah arabika serta robusta. Di Indonesia kopi liberika dapat diketemukan di daerah Jambi serta Bengkulu. Beberapa besar hasil produksi liberika dari tempat tersebut di ekspor ke Malaysia.
Nama ilmiah untuk kopi liberika yaitu Coffea liberica var. Liberica. Awal mulanya tanaman ini dikelompokkan kedalam spesies yang sama juga dengan kopi robusta dengan nama ilmiah Coffea canephora var. Liberica. Tetapi pengelompokkan paling baru menyatakannya sebagai spesies sendiri dengan nama Coffea liberica. Lantaran dengan cara morfologi serta sifat-sifat yang lain tidak sama dengan robusta. Terkecuali kopi liberika, ada varietas lain dalam spesies Coffea liberica yaitu kopi excelsa dengan nama ilmiah Coffea liberica var. Dewevrei. Buah kopi liberika mempunyai ukuran cukup besar. Memiliki bentuk bulat sampai lonjong dengan panjang sekitaran 18-30 mm. Dalam satu buah ada 2 biji kopi yang semasing mempunyai panjang sekitaran 7-15 mm. Di antara type kopi budidaya yang lain, liberika mempunyai ukuran buah terbesar.
Tetapi walau buahnya besar, bobot buah keringnya cuma 10% dari bobot basahnya. Karakter seperti ini kurang disenangi beberapa petani lantaran penyusutan bobot waktu panen sampai buah siap olah cukup tinggi. Hingga biaya panen jadi relatif lebih mahal. Kondisi ini yang bikin petani malas meningkatkan type kopi liberika.
2.1.2    Ciri-ciri Kopi Liberika
Secara ringkas kopi liberika mempunyai sebagian ciri-ciri :
§   Ukuran daun, cabang, bunga, buah serta pohon semakin besar dibanding kopi Arabika serta robusta.
§   Cabang primer bisa bertahan lebih lama serta dalam satu buku bisa keluar bunga atau buah kian lebih satu kali.
§   Agak sensitif pada penyakit HV.
§   Kualitas buah relatif rendah.
§   Produksi tengah, (4,5 kg/ha/th) dengan rendemen ± 12%.
§   Berbuah sepanjang tahun.
§   Ukuran buah tak rata/tak seragam.
§   Tumbuh baik di dataran rendah.
2.1.3    Tempat Tumbuh Kopi Liberika
Kopi liberika tumbuh baik di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400-600 mdpl. Namun masih tetap dapat tumbuh serta berbuah sampai ketinggian 1200 mdpl. Suhu ideal pertumbuhannya ada pada kisaran 27-30ºC dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tempat yang tersinari penuh maupun dibawah naungan pohon lain. Kopi liberika juga mempunyai toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Type tanaman ini dapat tumbuh diatas tanah lempung sampai tanah berpasir dan tahan pada kekeringan ataupun cuaca basah.
2.1.4    Varietas Kopi Liberika
Varietas kopi liberika sedikit, yang popular salah satunya Ardoniana serta Duvrei. Pada th. 2014, Pusat Riset Kopi serta Kakao Indonesia (Puslit Koka) melepas spesies kopi liberika dengan nama varietas “Libtukom” kependekan dari Liberika Tunggal Komposit. Libtukom adalah varietas liberika pertama yang disarankan di Indonesia.
Varietas libtukom diperkembang dari kopi liberika yang ada di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi. Varietas ini mempunyai kelebihan tahan hama karat daun, dapat ditanam di dataran rendah serta dapat ditanam di tempat marginal seperti tanah gambut.
Liberika varietas libtukom mempunyai kemiripan dengan excelsa. Tetapi ada banyak ciri yang membedakannya, yaitu libtukom mempunyai daging buah yang tidak tipis sedang excelsa lebih tidak tebal serupa arabika. Diluar itu pada pupus daunnya, libtukom berwarna hijau sampai hijau kecoklatan sedang excelsa merah kecoklatan.

2.2       Kopi Robusta
2.2.1    Sejarah Kopi Robusta

            Klasifikasi kopi robusta :
            Kingdom         : Plantae
            Divisi               : Spermatophyta
            Sub divisi         : Angiospermae
            Kelas               : Dicotyledonae
            Bangsa             : Rubiales
            Suku                : Rubiaceae
            Marga              : Coffea
            Spesies            : Coffea canephora
            Robusta adalah salah satu jenis tanaman kopi dengan nama ilmiah Coffea canephora. Nama robusta diambil dari kata “robust“, istilah dalam bahasa Inggris yang artinya kuat. Sesuai dengan namanya, minuman yang diekstrak dari biji kopi robusta memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding arabika.
Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi siap saji (instant) dan pencampur kopi racikan (blend) untuk menambah kekuatan cita rasa kopi. Selain itu, biasa juga digunakan untuk membuat minuman kopi berbasis susu seperti capucino, cafe latte dan macchiato.
Kopi robusta ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 1898 oleh ahli botani dari Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran di awal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.
Pengembangan kopi robusta berawal dari bencana wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix yang menyerang tanaman kopi. Pada tahun 1878 sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia rusak akibat penyakit tersebut. Kemudian Belanda mengganti arabika dengan liberika. Namun di tahun 1890 kopi liberika juga mengalami penyakit yang sama.
Pada tahun 1902 didatangkan jenis kopi robusta dari kebun raya Jardine di Brussel, Belgia. Setelah diteliti tanaman tersebut dipastikan lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Lalu pada tahun 1907 tanaman kopi liberika diganti dengan robusta. Upaya kali ini berhasil, robusta terbukti memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap penyakit karat daun.
Hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia didominasi jenis robusta. Dalam perdagangan komoditas kopi global, Indonesia merupakan penghasil kopi robusta terbesar dunia setelah Vietnam dan Brasil. Lebih dari 80% perkebunan kopi di Indonesia ditanami robusta, sekitar 17% ditanami arabika, sebagian kecil sisanya ditanami liberika dan excelsa.
2.2.2    Ciri-ciri Kopi Robusta
            Secara ringkas kopi robusta mempunyai sebagian ciri-ciri :
§   Habitus                 : perdu, tahunan, tinggi 5 meter.
§   Batang                  : Berkayu, keras, putih keabu-abuan.
§   Daun                    : tunggal, bulat telur, panjang 5-15 cm, lebar 4-6.5 cm.
§   Bunga                   : majemuk, mahkota berbentuk bintang.
§   Buah                     : diameter 5 mm, warna hijau setelah tua kemerahan.
§   Biji                       : bulat telur, berbelah dua, keras .
§   Akar                     : tunggang, kuning muda.
2.2.3    Habitat Tumbuh Kopi Robusta
            Kopi robusta tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-900 mdpl. Namun idealnya ditanam pada ketinggian 400-800 mdpl. Suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini sekitar 26°C dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 5-6,5.
2.2.4    Varietas Kopi Robusta
Salah satu varietas kopi robusta yang terkenal adalah kopi luwak dari Indonesia dan Kape Alamid dari Filipina. Biji kopi ini dikumpulkan dari musang luwak. Kopi ini memiliki rasa yang khas.
2.2.5    Jenis Klon Kopi Robusta
            Kopi robusta diturunkan dari beberapa spesies terutama Canephora. Mungkin karena alasan itu, sumber bibit tanaman untuk robusta tidak disebut varietas melainkan klon.
            Sama dengan varietas pada arabika, klon unggul robusta di Indonesia dikembangkan oleh Puslit Koka. Berikut ini beberapa jenis klon robusta yang direkomendasikan lembaga tersebut :
  • Klon BP308. Klon ini merupakan tanaman unggul yang tahan terhadap serangan nematoda. Keistimewaan lain klon robusta ini adalah toleran terhadap tanah yang kurang subur. BP308 dianjurkan untuk dijadikan batang bawah, sedangkan batang atasnya disambung dengan klon-klon lain yang disesuaikan dengan agroklimat setempat.
  • Klon BP42. Klon jenis ini memiliki produktivitas 800-1200 kg/ha/tahun. Perawakannya sedang dengan banyak cabang dan ruasnya pendek. Buah yang dihasilkan besar dan dompolannya rapat.
  • Klon SA436. Memiliki produktivitas yang cukup tinggi, mencapai 1600-2800 kg/ha/tahun. Bentuk biji dari klon ini kecil dan ukurannya tidak seragam.
  • Klon BP234. Produktivitasnya 800-1200 kg/ha/tahun. Perawakan ramping dengan percabangan yang panjang dan lentur. Butiran buah agak kecil dan ukurannya tidak seragam.

2.3       Kopi Arabika
2.3.1    Sejarah Kopi Arabika
            Klasifikasi kopi arabika :
            Kingdom         : Plantae
            Divisi               : Spermatophyta
            Sub divisi         : Angiospermae
            Kelas               : Dicotyledoneae
            Bangsa             : Rubiales
            Suku                : Rubiaceae
            Marga              : Coffea
            Spesies            : Coffea arabica L.
            Kopi arabika adalah salah satu jenis komoditas kopi yang dihasilkan dari tanaman Coffea arabica. Tanaman ini dipercaya berasal dari daerah Etiopia kemudian dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman. Bangsa Arab mulai mempopulerkan ekstrak biji kopi arabika yang diseduh dengan air panas sebagai minuman penyegar.
Tidak ada yang tahu persis kapan tanaman kopi arabika pertama kali dibudidayakan. Namun hampir semua literatur menyetujui tanaman ini berasal dari Abyssinia, sebuah daerah di Afrika yang kini mencakup negara Etiopia dan Eritrea. Dari Abyssinia kopi arabika dibawa oleh bangsa Arab ke Yaman, kemudian bangsa Eropa menyebarkannya ke seluruh dunia.
Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh bangsa Arab. Literatur paling tua tentang biji kopi berasal dari catatan Al Razi, seorang ahli kedokteran yang hidup di abad ke-9. Orang-orang Eropa mulai mengenal kopi dari para pedagang Arab pada abad ke-16. Komoditas tersebut diperdagangkan di pelabuhan Mocha, Yaman. Untuk sekian abad lamanya pedagang Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Hingga pada tahun 1616 seorang Belanda berhasil membawa tanaman kopi arabika ke luar dari pelabuhan Mocha.
Terdapat dua macam kopi arabika yang dibawa orang-orang Eropa dari Yaman. Pertama, kultivar yang dibawa ke Jawa kemudian menyebar ke Asia Selatan dan Amerika Tengah dikenal sebagai Typica. Kedua, kultivar yang di bawa ke Brasil lewat La Reunion dikenal sebagai Bourbon. Kedua kultivar tersebut dipercaya menjadi sumber tanaman kopi arabika yang ada saat ini.
Di akhir abad ke-17 bangsa-bangsa Eropa mulai memproduksi sendiri tanaman kopi di daerah jajahan mereka yang tersebar di Asia dan Amerika. Mereka mulai menguasai perdagangan biji kopi dunia sekaligus mengakhiri dominasi para pedagang Arab. Hampir semua kopi yang diperdagangkan saat itu berjenis arabika. Belanda menjadi pemasok kopi terbesar dunia dengan basis produksi di Indonesia.
Pada tahun 1878 hampir seluruh perkebunan kopi di Indonesia mengalami kerusakan karena wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix. Kemudian Belanda mengganti tanaman yang rusak dengan jenis liberika. Berselang 12 tahun tanaman kopi liberika mengalami serangan penyakit yang sama. Setelah melakukan riset, pada tahun 1907 Belanda kembali mengganti liberika dengan robusta. Sejak saat itu perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh tanaman kopi robusta. Secara nasional produksi kopi arabika di Indonesia hanya 17% sedangkan robusta hampir 83%. Sisanya dengan angka yang tidak signifikan terdapat jenis liberika dan excelsa.
Saat ini kopi arabika banyak dihasilkan oleh negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Afrika. Brasil merupakan negara penghasil kopi arabika terbesar di dunia, diikuti Kolombia dan Etiopia.
2.3.2    Ciri –ciri Kopi Arabika
            Secara ringkas kopi arabika mempunyai sebagian ciri-ciri :
§   Habitus     : perdu, tinggi 2 - 3 meter.
§   Batang      : tegak, bulat, percabangan monopodial, permukaan kasar.
§   Daun         : tunggal, berhadapan, lonjong, panjang 8-15 cm lebar 4-7 cm.
§   Bunga       : majemuk, bentuk payung, kelopak lonjong, lima helai, panjang 3 mm, hijau, tangkai benang sari berlekatan.
§   Buah         : batu, bulat telur, diameter 0,5-1 cm, masih muda hijau setelah tua merah.
§   Biji            : berbentuk bola.
§   Akar         : tunggang, kuning muda.
2.3.3    Habitat Tumbuh Kopi Arabika
            Habitat tanaman kopi arabika terletak di antara 20°LS dan 20°LU bumi. Di daerah subtropis, tanaman ini bisa ditanam di dataran rendah. Suhu udara sangat mempengaruhi pertumbuhan. Bila terlalu panas pertumbuhan tanaman terlalu cepat dan bunga keluar terlalu awal. Tanaman pun rentan terhadap serangan hama karat daun. Sedangkan bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, akan banyak cabang-cabang sekunder dan tersier yang menganggu pertumbuhan buah.
Di Indonesia, tanaman kopi arabika hanya bisa tumbuh dengan baik di ketinggian 1.000-2.000 mdpl. Tanaman tersebut masih bisa tumbuh di dataran lebih rendah, hanya saja pertumbuhannya tidak optimal dan mudah terserang penyakit karat daun. Secara umum kopi arabika membutuhkan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun. Dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan dalam setahun. Suhu udara yang dikehendaki tanaman ini ada pada kisaran 15-25°C.
2.3.4    Varietas Kopi Arabika
1.      Typica
Varietas biji kopi arabica jenis Typica ini merupakan varietas pertama yang masuk ke Indonesia. Pertama kali dibawa oleh Belanda ketika datang ke Indonesia. Namun varietas asli Typica yang dibawa oleh Belanda ini kemudian punah ketika Coffee Leaf Rust menyerang Indonesia. Untungnya tidak semua punah, karena masih ada varietas Typica lokal yaitu Bergendal dan Sidikalang yang banyak di temui di dataran tinggi seperti Sumatera, Sulawesi, dan Flores. Biasa berkolasi di perkebunan yang berada di daerah terpencil.
      2.      Hybrido de Timor (HDT)
Varietas Hybrido de Timor di Indonesia biasa disebut juga sebagai varietas “Tim Tim”, asal kata dari Timor Timur. Varietas ini adalah hasil dari persilangan alamiah antara Arabika dan Robusta. Varietas Tim Tim pertama kali mengalami masa panen di tempat asalnya yaitu Timor Timur pada tahun 1978. Karena kualitas nya yang bagus, kemudian varietas ini coba di tanam di daerah lain seperti Aceh dan Flores pada tahun 1980. Sekarang varietas Tim Tim juga telah dikenal dengan sebutan lain yaitu Varietas Churia.
     3.      Linie S
Linie S adalah varietas kopi Arabika yang berasal dari India. Varietas Linie S kemudian di kembangkan menggunakan kultivar Bourbon. Jenis umum yang paling dikenal dari hasil pengembangan Linie S ini adalah S-288 dan S-795. Varietas ini banyak di temukan di daerah dataran tinggi seperti Aceh, Lintong, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores dan Papua.
     4.      Linie Ethiopia
Varietas Kopi Arabika jenis Linie Ethiopia ini pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1928, dimana ketika itu pertama kali dibawa ke pulau Jawa. Daerah pertama yang mengembangkan varietas ini adalah Aceh. Varietas lain yang termasuk dalam keturunan Ethiopia adalah Rambung dan Abyssinia. Varietas Linie Ethiopia kemudian dikembangkan juga di Sumatera dan Flores, yang kemudian dikenal dengan nama “USDA”, dimana nama ini diambil dari proyek pemerintah Amerika Serikat kala itu pada tahun 1950 ketika berlangsung di Indonesia.
     5.      Catura Cultivars
Varietas kopi Arabika jenis ini merupakan hasil persilangan dari Kopi Bourbon yang berasal dari Brazil.
      6.      Lini Catimor
Varietas Lini Catimor juga mirip dengan Tim Tim, sama-sama hasil persilangan dari Arabika dan Robusta. Namun varietas ini dikenal sebagai jenis varietas yang kurang baik, karena memiliki aroma dan rasa yang tidak sebaik kopi lain nya. Namun kini sedang dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai varietas ini, karena di daerah Aceh, varietas ini memiliki aroma dan rasa yang baik, biasa nya petani kopi Aceh menyebutkan dengan varietas “Ateng Jaluk“.
      7.      Sigarar Utang
Produktivitasnya mencapai 1500 kg per hektar. Varietas ini memilikikeistimewaan bisa berbuah terus menerus mengikuti pola sebaran hujan. Bijinya berukuran besar, rentan terhadap hama bubuk buah dan nematoda, namun cukup tahan karat daun. Disarankan ditanam pada ketinggian di atas 1000 meter dpl.
      8.      Andung sari-1
Produktivitas sekitar 350 kg/ha. Mulai berbunga pada umur 15-24 bulan. Bila ditanam diketinggian kurang dari 900 meter, varietas ini rentan terhadap serangan karat daun namun cukup tahan ditanam di daerah yang kurang subur.
      9.      Kartika 1
§  Tipe pertumbuhan katai, apabila tanaman dipangkas dengan sistem batang tunggal, tajuk berdiameter 136 cm. Tinggi tanaman saat berbuah ke empat + 197 cm. Percabangan agak lentur, ruas pendek, pembentukan cabang sekunder aktif, jumlah cabang primer produktif 30 cabang, 10 dompol/cabang 12 buah per dompol. Daun tua berwarna hijau tua gelap, daun muda berwarna hijau muda. Daun berbentuk oval, ujung meruncing. Helaian daun tebal dan kaku dengan tepi daun daun bergelombang tegas.
§  Umur ekonomis produktif 10 – 15 tahun. Buah masak serempak berwarna merah hati, pada saat masih muda berwarna hijau. Buah berbentuk membulat, diskus kecil, tanpa perhiasan buah. Biji berukuran agak kecil, berat 100 butir biji kopi pasar 15,8 gram, nisbah biji – buah 15,2 %, biji normal 70,4 %, biji gajah 4,7 %, biji bulat 9,0 %, biji triase 4,1 % dan biji hampa 11,8 %. Dayahasil (potensi produksi) 2,5 ton untuk populasi 2500 pohon/ha.
§  Citarasa baik.
§  Ketahanan terhadap karat daun agak tahan (untuk ketinggian > 1000 mdpl) dan rentan (untuk ketinggian < 900 m dpl). Ketahanan terhadap nematoda parasit : (nematoda R. Similis : sangat rentan). Ketahanan terhadap kondisi lahan marginal : kurang tahan. Daerah adaptasi : dapat ditanam mulai ketinggian tempat > 1000 m dpl, tipe iklim A, B, atau C (menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson).
      10.  Kartika 2
§  Tipe pertumbuhan katai, apabila tanaman dipangkas dengan sistem batang tunggal, tajuk berdiameter 138 cm. Tinggi tanaman saat berbuah ke empat + 191 cm. Percabangan : ruas pendek, pembentukan cabang sekunder aktif, jumlah cabang primer produktif 29 cabang, 10 dompol/cabang, 11 buah per dompol. Daun tua berwarna hijau tua gelap, daun muda berwarna hijau muda. Daun berbentuk oval agak memanjang, ujung membulat, ukuran daun tidak seragam. Helaian daun tebal dan kaku.
§  Umur ekonomis produktif 10 – 15 tahun. Buah muda berwarna hijau, buah masak berwarna merah hati, saat masak buah relatif serempak. Buah berbentuk membulat tanpa perhiasan buah. Ukuran biji agak kecil, berat 100 butir biji kopi pasar 15 gram, nisbah biji – buah 14 %, biji normal 68 %, biji gajah 5 %, biji bulat 10 %, biji triase 3 % dan biji hampa 13 %. Dayahasil (potensi produksi) 3,0 ton untuk populasi 2500 pohon/ha.
§  Citarasa : baik.
§  Ketahanan terhadap karat daun : agak tahan (untuk ketinggian > 1000 m dpl) dan rentan (untuk ketinggian < 900 m dpl). Ketahanan terhadap nematoda parasit : (nematoda R. Similis : sangat rentan). Ketahanan terhadap kondisi lahan marginal : kurang tahan. Daerah adaptasi : dapat ditanam mulai ketinggian tempat > 1000 m dpl, tipe iklim A, B, atau C (menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson).
      11.  Abesinia 3
§  Tipe pertumbuhan tinggi melebar, dengan bentuk perdu tegar. Apabila dipangkas dengan sistem batang tunggal diameter tajuk  2 m, tetapi apabila dibiarkan tanpa pemangkasan diameter dapat lebih lebar. Tinggi tanaman saat berbuah pertama 2 m.
§  Percabangan agak mendatar, tegak lurus batang utama, agak lentur, panjang ruas produktif 5 – 8 cm. Bentuk daun oval agak memanjang, ujung meruncing. Helaian daun agak tipis dan lemas dengan tepi daun tanpa gelombang, permukaan daun licin rata. Umur ekonomis produktif 10 – 25 tahun.
§  Jumlah ruas produktif per cabang 10, jumlah buah per ruas 3 – 15, dan 7 – 12 dompol per cabang. Buah muda berwarna hijau berbentuk bersegi, ujung buah tumpul, diskus rata, buah masak kurang serempak berwarna merah cerah. Ukuran biji besar berbentuk memanjang, berat 100 butir biji kopi pasar 19 gram, nisbah biji – buah 18 %, biji normal 77 %, biji gajah 3 %, biji bulat 16 %, biji triase 2 % dan biji hampa 2 %. Dayahasil (potensi produksi) 0,7 – 1 ton untuk populasi 1600 pohon/ha.
§  Citarasa : baik.
§  Ketahanan terhadap karat daun : rentan. Ketahanan terhadap nematoda parasit : (nematoda R. Similis : agak rentan). Ketahanan terhadap kondisi lahan marginal : kurang tahan. Daerah adaptasi : dapat ditanam mulai ketinggian tempat > 1250 m dpl, tipe iklim A, B, C atau D (menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson).


BAB III
KESIMPULAN

Kopi liberika tumbuh sebagai pohon yang besar dan kuat, tingginya sampai dengan 18 meter, dengan daun yang lebar dan kasar. Buah dan benihnya (biji) juga berbentuk besar. Kopi liberika tumbuh di Malaysia dan Afrika Barat, tetapi diperdagangkan hanya dalam jumlah sangat kecil sesuai dengan permintaan karena karakteristik rasanya cukup rendah.
Istilah robusta sebenarnya merupakan sebutan untuk varietas yang ditanam secara luas dari spesies ini. Spesies ini merupakan tanaman yang berupa semak belukar secara keseluruhan atau pohon kecil yang tumbuh sampai 10 meter tingginya, tetapi memiliki sistem perakaran yang dangkal. Buahnya berbentuk bulat dan membutuhkan 11 bulan untuk menjadi matang; benih (biji kopi) berbentuk oval dan lebih kecil dibandingkan C. arabica. Kopi robusta tumbuh di Afrika Barat dan Tengah, sepanjang Asia Tenggara dan juga di Brazil, di sana kopi ini dikenal sebagai Conillon.
Kopi Arabika pertama dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1753. Kopi arabika rentan diserang oleh hama dan penyakit, oleh karena itu ketahanan terhadap hama penyakit adalah suatu tujuan utama dari program pemuliaan tanaman ini. Kopi arabika tumbuh di sepanjang Amerika Latin, di Afrika Tengah dan Timur, di India dan di Indonesia.
Hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia didominasi jenis kopi robusta. Dalam perdagangan komoditas kopi global, Indonesia merupakan penghasil kopi robusta terbesar dunia setelah Vietnam dan Brasil. Lebih dari 80% perkebunan kopi di Indonesia ditanami robusta, sekitar 17% ditanami arabika, sebagian kecil sisanya ditanami liberika dan excelsa.
DAFTAR PUSTAKA

http://alamtani.com/kopi-arabika.html (Diakses pada 14 April 2017)
http://alamtani.com/kopi-robusta.html (Diakses pada 14 April 2017)
http://lembahilmu.com/kopi-liberika/ (Diakses pada 14 April 2017)
https://jurnalbumi.com/kopi-arabika/ (Diakses pada 14 April 2017)
https://jurnalbumi.com/kopi-robusta/ (Diakses pada 14 April 2017)

Komentar

  1. Artikel yang Menarik Gan
    Mohon Izin Comment ya ^^

    Klik LIGA BINTANG

    Join Liga Bintang ! klik link di bawah ini
    BONUS DEPOSIT HARIAN 10% + CASHBACK SPORT S/D 15% + REFFERAL SPORT 2.5% dan Promo harian menarik lainnya ya^^

    DEPOSIT VIA PULSA
    - TELKOMSEL : 0,85% atau 15%
    - Xl a

    COSTUMER SERVICE :
    - LIVE CHAT 24 JAM ONLINE
    - WA : +62 812 8805 4524

    Klik Prediksi Bola

    Klik Situs Resmi Bolajalan

    Klik Tempat Daftar

    Ayo bosku segera daftarkan diri anda dan raih hoki bersama kami ya^^
    kami tunggu kehadirannya hanya di situs resmi Betting online hanya di Liga bintang^^

    BalasHapus
  2. Mantap, terima kasih informasinya mengenai Budidaya Kopi Arabika di Indonesia.

    BalasHapus
  3. Mantap bosku terimakasih atas ilmunya markastoko.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer